triy cover copy

Kyuhyun terbangun dipagi hari masih dengan posisi memeluk istrinya. Dia mendesah lega saat menyadari bahwa istrinya masih berada disampingnya, tertidur tepat disampingnya sambil memeluknya. Entah mengapa Kyuhyun selalu merasa takut jika dia terbangun dipagi hari tanpa ada gadis itu sampingnya. Entah apa yang akan dia rasakan ketika hal itu benar-benar terjadi. Tidak, dia tidak ingin memikirkannya. Terlalu mengerikan.

Kyuhyun mengusap pelan puncak kepala istrinya sambil menggumam membangunkan Shin-Hae yang masih tertidur pulas. Sebenarnya bisa saja Kyuhyun melanjutkan tidurnya yang menyenangkan bersama istrinya jika dia tidak ingat memiliki setumpuk jadwal rapat penting bersama direksi-direksi perusahaan.

Shin-Hae menggeliat pelan hingga akhirnya dia benar-benar terjaga. Shin-Hae memeluk Kyuhyun sekali lagi lebih erat lalu mengucapkan, “Selamat pagi, Cho Gyuhyoon.” Dengan suara serak. Kyuhyun tersenyum senang mendengar suara sang istrinya yang baru terjaga dari tidurnya menyebut namanya. Tapi disela-sela kebahagiaannya dia harus menelan rasa pahit saat nama Gyuhyoon lah yang terucap. Kyuhyun mulai berpikir kapan dia bisa mendengar gadis itu mengucapkan namanya dengan benar. Cho Kyuhyun. Tapi itu berarti, dia harus siap kehilangan. Karna bertepatan saat gadis itu mengucapkan namanya yang sebenarnya, gadis itu pasti akan meninggalkannya karna dia tahu yang dinikahinya bukan kekasihnya.

“Selamat pagi.” Balas Kyuhyun sama seraknya dengan suara Shin-hae.

“Kau tidak ada jadwal kuliah pagi ini?” Tangan Kyuhyun masih tetap mengelus puncak kepala istrinya yang membuat tingkat kemalasan Shin-Hae untuk turun dari ranjang bertambah. Dia lebih memilih berada pada posisi seperti ini terus menerus dari pada harus berhadapan dengan dosen-dosen yang membosankan dan teman-teman yang menyebalkan.

“Apa kau bekerja?” Shin-Hae balas bertanya.

“Tentu saja, ada apa?” Kyuhyun mengerutkan keningnya melihat Shin-Hae yang seketika merubah raut wajahnya menjadi kecewa tepat setelah Kyuhyun mengucapkan bahwa dia akan bekerja hari ini. Hey, apa salahnya?

“Bisakah kau meninggalkan pekerjaanmu dan menemaniku? Satu hari saja.” Pinta Shin-Hae dengan raut wajah memelas. Kyuhyun hendak menolak, tapi wajah istrinya yang sangat memohon membuat Kyuhyun merasa tidak tega untuk meninggalkannya.

“Memang kau ingin kita kemana? Kita sudah bulan madu, sayang.”

“Memang saat seorang istri meminta suaminya menemani harus disaat bulan madu saja?” Sergah Shin-Hae kesal. “Aku hanya ingin menghabiskan waktu berduaan saja denganmu. Kita tidak akan pergi kemana-mana. Mungkin kita bisa memasak bersama?” Lanjut gadis itu dengan nada antusias. Sungguh, tidak akan ada yang tega menolak permintaan gadis ini jika dia telah memasang wajah memohonnya yang sialnya terlihat sangat manis.

“Kau bisa memasak?” Tanya Kyuhyun dengan nada tercengang yang membuat Shin-Hae mengerutkan keningnya.

“Aku bahkan sering memasak untukmu dulu, bagaimana bisa kau lupa kalau aku bisa memasak?”

Deg!

Astaga! Kyuhyun benar-benar tidak tau jika Shin-Hae bisa memasak. Ah-Ra tidak memberitaunya. Ya Tuhan, bagaimana ini.

Kyuhyun mengatur raut wajahnya agar tidak terlihat gugup dan kembali mengeluarkan jurus andalannya. Sebuah senyuman manis. “Aku bercanda. Kau terlalu serius menerima semua perkataanku. Bagaimana bisa aku melupakan masakanmu, yang benar saja.” Kyuhyun mengecup kening istrinya sebagai sentuhan akhir. Dan berhasil, tidak ada lagi mengungkin masalah masak-memasak.

“Jadi, kau akan pergi kerja atau tidak?” Tanya Shin-Hae memastikan.

Kyuhyun mendesahkan napasnya lalu mengangguk. “Baiklah, aku akan menemanimu hari ini.” Kyuhyun bangkit dari tidurnya dan mencari ponsel yang semalam dia letakkan diatas meja kecil yang berada disamping ranjang. Setelah menemukan ponselnya, Kyuhyun menghubungi asisten pribadinya.

“Ini aku. Sepertinya aku tidak bisa ke kantor hari ini, pindahkan semua jadwal ke esok hari. Ya .. Tidak, tidak perlu. Baiklah, hubungi aku jika terjadi sesuatu.”

Kyuhyun memutuskan sambungan telponnya lalu kembali memeluk Shin-Hae.

“Jadi, apa yang akan kita lakukan hari ini?” Tanya Kyuhyun dengan senyuman lebar dibibirnya yang dibalas dengan senyuman penuh arti dari istrinya.

******

Kyuhyun dan Shin-Hae menduduk sofa ruang tengah sambil menonton acara televisi yang benar-benar membosankan. Mereka baru saja menghabiskan makan siang mereka setelah sebelumnya mereka berkotor-kotor ria didapur membuat makan siang.

Kyuhyun tersenyum saat Shin-Hae membaringkan kepalanya dipangkuan Kyuhyun lalu memejamkan matanya. Kyuhyun berani membayar berapapun agar dia dapat merasakan hal seperti ini lagi keesokan harinya, esoknya lagi, dan seterusnya.

Bolehkah Kyuhyun benar-benar mengklaim bahwa wanita ini juga mencintainya? Maksudnya, mencintai Cho Kyuhyun. Kyuhyun tidak pernah melupakan sosok Gyuhyoon yang selalu menghantuinya setiap dia berada didekat Shin-Hae. Dan itu membuatnya takut.

Kyuhyun telah berusaha cukup keras untuk membuat Shin-Hae melupakan sifat Gyuhyoon yang jelas cukup berbeda dari Kyuhyun. Tapi apakah itu berhasil? Bahkan gadis itu tidak pernah berkomentar bahwa sifatnya yang terdahulu dan sekarang berbeda. Apakah tanpa disadari Kyuhyun yang justru menduplikat sifat Gyuhyoon selama dia berada didekat Shin-Hae? Tapi kenapa dia melakukan hal tersebut?

Karna Shin-Hae mencintai Gyuhyoon.

Bisikan suara didekat telinga Kyuhyun membuatnya berbalik dan mencari sumber suara, namun tidak ada siapapun disana. Tapi bisikan itu benar, Shin-Hae mencintai Gyuhyoon. Gyuhyoon, bukan Kyuhyun. Kenyataan itu membuat Kyuhyun merasa ada pukulan tepat diperutnya.

“Gyu,” Shin-Hae kembali membuka matanya dan menatap intens kearah Kyuhyun.

“Apa?”

“Entahlah, rasanya aku ingin .. menciummu. Boleh?” Shin-Hae tersipu malu setelah mengutarakan apa yang diinginkannya. Jujur saja, Shin-Hae merasa dia akan mengalami sesuatu yang berat setelah ini, dan dia menginginkan Kyuhyun menguatkannya, dengan cara seperti ini. Mencium.

Kyuhyun tersenyum sambil mengusap pelan puncak kepala istrinya. “Kenapa?” Kyuhyun bertanya, membuat Shin-Hae merubah raut wajahnya menjadi kesal.

“Kenapa? Memang saat seorang istri ingin meminta ciuman dari suaminya dibutuhkan alasan?” Sergah Shin-Hae kesal yang memberi bonus pukulan ringan ke dada Kyuhyun yang pasti tidak akan terasa sakit bagi Kyuhyun.

“Aku akan menuruti permintaanmu, tapi dengan satu syarat.”

Kyuhyun menaikkan satu kakinya untuk mengangkat kepala Shin-Hae dan membantunya untuk duduk kembali disamping Kyuhyun. Kyuhyun menatapi wajah Shin-Hae dengan intens. Seperti sedang merekam seluruh postur wajah istrinya sebagai cadangan suatu hari jika dia tidak bisa melihat wajah gadis ini lagi.

“Apa?” Shin-Hae bertanya dengan raut wajah ketakutan, seperti Kyuhyun akan memberikan surat cerai setelah dia mengatakan syarat yang dimaksudnya tadi.

“Jangan pernah tinggalkan aku. Dengan alasan apapun, kumohon jangan pernah tinggalkan aku.”

Shin-Hae tersentak mendengar permohonan dari suaminya. Shin-Hae menatap wajah Kyuhyun yang kini terlihat kesakitan, tapi bukan dalam artian sakit fisik, ini mengenai batin. Shin-Hae mencoba membaca raut wajah Kyuhyun dan mencoba menemukan kesalah disana. Ada apa dengan Kyuhyun?

“Hey, ada apa?” Shin-Hae meraih wajah Kyuhyun dan mengusapnya lembut.

“Kumohon katakan padaku kau tidak akan pernah meninggalkanku.” Pinta Kyuhyun sungguh-sungguh.

“Ya, aku tidak akan meninggalkanmu. Apa pun yang terjadi, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Demi Tuhan aku mencintaimu. Tempatku disini, tinggal bersamamu. Aku tidak akan pernah pergi kemanapun tanpamu. Percayalah.”

Sedetik setelah Shin-Hae mengucapkan apa yang diinginkan Kyuhyun, Kyuhyun segera menarik gadis itu mendekat lalu mencium bibir istrinya dengan penuh kelembutan. Bibir mereka menyatu untuk yang kesekian kalinya, namun tetap menimbulkan rasa sengatan listrik yang cukup membuat tubuhnya meremang. Shin-Hae membalas ciuman Kyuhyun dengan sedikit napsu yang membuat Kyuhyun berani melakukan hal yang lebih dari itu.

Shin-Hae membuka sedikit mulutnya, memberi celah untuk Kyuhyun agar dia bisa menjelajah mulutnya dan menemukan lidah gadis itu untuk disesap. Ciuman yang berawal dengan kelembutan, kini telah menjadi ciuman yang sedikit urakan. Tangan Shin-Hae sibuk mengacak rambut Kyuhyun, sedangkan tangan Kyuhyun kini beralih pada pundak Shin-Hae dan menurunkan tali dress yang dikenakan istrinya.

“Gyu, aku bilang ciuman, tidak lebih.” Sergah Shin-Hae ditengah-tengah ciuman mereka dengan desahan.

Kyuhyun tidak menjawab, dia masih sibuk menuruni tali dress Shin-Hae diposisi lainnya. Kini Kyuhyun melepas ciuman gadis itu dan beralih kepundak Shin-Hae yang sudah tidak terdapat penghalang lagi dan meneruskan kegiatannya hingga ke titik puncaknya.

******

Kyuhyun sibuk sepanjang hari dengan berbagai meeting dan juga pertemuan dengan penanam saham diperusahaannya yang sempat ditundanya kemarin, jadi semua dilimpahkan pada hari ini. Dia bahkan tidak sempat menghubungi istrinya hanya untuk sekedar menanyakan bagaimana kuliahnya hari ini, apa yang sedang dilakukan gadis itu, apakah dia sudah makan. Sebenarnya bisa saja dia mengirim pesan singkat untuk istrinya, tapi sepertinya terlihat salah jika seorang suami hanya menghubungi dengan sebuah pesan. Dia harus menghubungi gadis itu. Nanti tentunya, setelah semua urusannya selesai.

Kyuhyun kembali mendapat jadwal yang mengharuskan dia pergi ke Seoul untuk rapat dadakan yang diadakan dikantor cabang yang sedang mengalami sedikit masalah. Dia harus merasakan kekecewaan saat dia lagi-lagi tidak bisa menghubungi istrinya. Dan kenapa wanita itu juga belum menghubunginya? Pikiran itu membuat Kyuhyun merasa sedikit kesal.

Kyuhyun tiba di Seoul pada pukul 16.45 dan disana hujan, langit gelap dan rintikan hujan menyambut kedatangan Kyuhyun. Saat Kyuhyun baru melangkah keluar dari mobil, sosok Junho yang sedang tersenyum membuat Kyuhyun tersentak hebat. Entah mengapa, Kyuhyun merasa kini Junho sangat berbahaya seperti bom yang sewaktu-waktu bisa meledak. Dan yang membuatnya kesal adalah, Kyuhyun sama sekali tidak berani melawan pria itu. Dia seperti sudah kalah sebelum bertanding.

“Wow, kita bertemu lagi, Cho Gyuhyoon Sajangnim.” Sapa Junho jelas-jelas mengejek karna dia menekan nada suaranya saat dia mengucapkan nama Gyuhyoon.

“Kau akan ikut rapat juga?” Kyuhyun mendekati Junho dengan tenang, mengubah ekspresinya sedatar mungkin agar tidak terlihat bahwa dia sedang ketakutan dihadapi dengan sosok yang bahkan lebih menyeramkan dari hantu.

Junho mengangkat bahu santai, “Seperti yang kau lihat. Disinilah aku.”

Kyuhyun mengangguk mendengar jawaban Junho. Dia tidak ingin berlama-lama berada didekat pria itu, jadi Kyuhyun dengan sengaja meninggalkan Junho sendiri di lobby tanpa repot-repot menawarkan diri untuk masuk kedalam gedung bersama-sama.

Junho tersenyum melihat kegugupan Kyuhyun yang sudah susah payah dia redam agar tak terlihat. Tapi Kyuhyun sepertinya lupa jika Junho adalah sahabat baiknya, dia mengenal Kyuhyun sebaik dia mengenal dirinya sendiri. Ternyata menekan jiwa seorang Cho Kyuhyun terlalu mudah. Dia bisa melancarkan aksinya secepat yang dia bisa. Mungkin malam ini adalah permulaannya.

Junho tersenyum sinis lalu mengikuti langkah Kyuhyun yang telah berada jauh didepannya.

******

Ponselnya sibuk.

Shin-Hae menekan tombol berwarna merah pada ponselnya dengan kekuatan lebih saat Kyuhyun sama sekali tidak bisa dihubungi. Hampir puluhan kali Shin-Hae menghubungi Kyuhyun namun tidak ada jawaban. Sebenarnya kemana pria itu.

Shin-Hae merasa gusar sekali, dia kembali memilih nama Gyuhyoon dikontaknya untuk dihubungi. Tapi hasilnya masih sama. Tidak ada jawaban.

Sebenarnya Shin-Hae mengerti mengapa Kyuhyun belum kembali pada saat seharusnya dia sudah berada di rumah, ini karna ulahnya kemarin yang terlalu egois meminta Kyuhyun untuk membolos dan akhirnya seperti ini. Jadwalnya menjadi dua kali lipat.

Shin-Hae merasa tidak tenang, jadi dia mencoba menghubungi Kyuhyun sekali lagi, dan pada dering ketiga Kyuhyun menjawabnya.

“Kau masih dikantor?” Ucap Shin-Hae tanpa basa-basi. Tapi anehnya, yang menjawab ponsel Kyuhyun bukanlah suara pria itu.

“Ini aku, Junho. Masih ingat?”

******

Kyuhyun menjabat salah satu direksi terakhir yang ditemuinya hari ini, dan harinya yang melelahkan pun usai. Segala urusan yang menyangkut masalah perusahaan telah selesai dengan cepat karna kepintaran Kyuhyun yang melebihi tingkat kepintaran Gyuhyoon dalam menyelesaikan segala urusan.

Kyuhyun merapihkan jasnya berniat menuju mobil dan kembali ke Busan, namun sialnya hujan yang sejak tadi telah menghiasi kota Seoul berubah menjadi badai yang cukup mengerikan. Supir Kyuhyun mendekat dan membisikan bahwa dia tidak berani berkendara saat ini, udaranya benar-benar tidak mendukung, ditambah kabut tebal yang menutupi penglihatan.

Mau tak mau Kyuhyun terpaksa menginap disalah satu hotel terdekat yang kebetulan berdampingan dengan perusahaan. President Suit Room telah didapat Kyuhyun, setelah tiba dikamarnya Kyuhyun membersihkan diri lalu dilanjut dengan makan malam bersama yang ditawarkan Junho yang memang menginap dihotel yang sama di restoran hotel ini. Kyuhyun tidak bisa menolak.

Dan salah satu kebodohan Kyuhyun hari ini adalah, dia lupa menghubungi istrinya.

“Kita akan kedatangan tamu.” Junho tiba-tiba telah berjalan disamping Kyuhyun dan mengucapkan sesuatu yang tidak dimengerti Kyuhyun.

Setelah tiba direstoran hotel, Kyuhyun tau apa yang dimaksud dengan ucapan Junho tadi. Jineun berada disana. Duduk ditempat yang telah dipesan Junho untuk makan malam. Kyuhyun tau maksud dari Junho mengundang Jineun ketempat ini.

Kyuhyun tidak pernah lupa dengan ucapan Junho tempo hari yang mengatakan bahwa Kyuhyun harus menemui Jineun lagi. Karna Kyuhyun tidak pernah menemui Jineun, jadi Junho-lah yang mencari-cari waktu untuk mempertemukan Kyuhyun dengan Jineun.

Kyuhyun mendesah kesal dengan ulah Junho. Apakah perkataan Kyuhyun mengenai betapa dia mencintai Shin-Hae kurang jelas bagi Junho? Dan demi Tuhan, pria inilah yang mencintai Jineun! Mengapa harus dia yang dikambing hitamkan untuk rasa cintanya? Cinta? Bisakah ini disebut dengan cinta? Ini lebih mirip pada obsesi.

“Sudah lama?” Tanya Junho sekedar basa-basi pada Jineun yang dibalas gelengan kepala oleh Jineun dengan senyuman lebar kearah Kyuhyun. Jineun sama sekali tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya karna dia dapat bertemu dengan Kyuhyun lagi.

“Hai, sudah lama tidak bertemu.” Sapa Jineun pada Kyuhyun.

“Ya, bagaimana kabarmu?” Balas Kyuhyun sekenanya. Membuat Junho melirik sinis kearah Kyuhyun. Bukan ini yang diinginkan Junho. Dia ingin melihat Kyuhyun bisa membuat gadis itu tersenyum, setidaknya. Kyuhyun benar-benar terlihat brengsek saat ini.

Dengan santainya Kyuhyun mengacuhkan Jineun dan tanpa pernah melirik kearah Jineun sekalipun. Dia kini berkutat pada menu yang baru saja disediakan oleh salah satu pelayan yang menghampiri mejanya.

Setelah menyebutkan apa yang diinginkan ketiga orang ini untuk dimakan, keheningan kembali muncul. Membuat Junho ingin sekali memukul hidung Kyuhyun hingga mengeluarkan darah yang membuatnya merasa bahagia karna dia telah mengacuhkan wanita yang sangat disayanginya.

Jineun membasahi bibirnya gugup lalu kembali mencoba mengajak Kyuhyun berbicara.

“Kau akan menginap disini?” Jineun sungguh bukan orang yang pintar membuka pembicaraan. Jadi jangan salahkan Kyuhyun jika dia hanya membalas pertanyaan wanita itu dengan sekenanya.

“Ya.”

Sekali lagi Junho melirik Kyuhyun yang sama sekali tak menyadari bahwa Junho sedang menatapnya marah. Kyuhyun benar-benar terlihat acuh pada Jineun yang membuat senyum gadis itu sedikit memudar.

Jineun tak patah semangat untuk menarik perhatian Kyuhyun. “Bagaimana kabar istrimu?”

Junho memejamkan matanya frustasi ketika lagi-lagi Jineun salah melontarkan pertanyaan. Apakah wanita itu tidak memiliki stok pertanyaan lain selain membahas masalah yang akhirnya akan membuat gadis itu patah hati?

“Dia baik.”

Dan kini senyum gadis itu benar-benar hilang. Dia tak bisa menarik perhatian Kyuhyun lagi. Tak seperti dulu saat Kyuhyun selalu menjadikan Jineun bahan perhatiannya. Jineun menghela napas lelah yang menandakan gadis itu menyerah untuk mendekati Kyuhyun yang sepertinya sama sekali tidak bisa diganggu.

Dan kini Jineun sadar betapa sayangnya Kyuhyun pada istri barunya. Jineun patah hati, tentu saja. Tapi dia pernah mendengar sebuah pepatah yang mengatakan jika orang yang kita cintai bahagia, maka dia juga akan merasakan kebahagiaan itu. Memang sulit, tapi dia harus menerima kenyataan bahwa orang yang dia cintai telah mencintai oranglain. Dia akan mundur secara perlahan, sebisanya dia mundur, dia akan lakukan.

“Aku ke toilet sebentar.” Ucap Kyuhyun memecahkan keheningan dan meninggalkan Jineun dan Junho berdua saja.

Junho masih terdiam, mengamati Jineun diam-diam yang kini telah mengeluarkan setetes airmata yang cepat-cepat dia hapus agar Junho tidak melihatnya. Tapi usahanya sia-sia, Junho melihat tetesan airmata tersebut, dan itu berarti sebuah kata damai telah dia hancurkan. Ini adalah akhirnya. Jika Jineun tidak bisa bahagia, maka Kyuhyun tidak akan dia biarkan bahagia juga.

Dengan gerakan super cepat Junho meraih ponsel Kyuhyun yang memang sengaja ditinggalkan Kyuhyun diatas meja lalu Junho bangkit dan menuju lobby hotel. Dia mencari satu nama didaftar panggilan terakhir yang ternyata terdapat nama istriku disana. Jadi Junho segera ingin menghubungi gadis itu, namun belum sempat dia menekan tombol panggil, nomor tersebut justru menghubungi lebih dulu. Benar-benar kebetulan, bukan? Sangat menunggu kabar dari sang suami rupanya, ini akan menjadi menyenangkan.

“Kau masih dikantor?”

Itulah ucapan pertama yang didengar Junho setelah wanita itu menerima sambungan teleponnya.

“Ini aku, Junho. Masih ingat?”

Terjadi keheningan beberapa detik sebelum terdengar suara terkejut dari sebrang sana. Tentu saja terkejut, bagaimana mungkin seorang Junho yang berdomisili di Seoul dapat menelpon dengan ponsel Kyuhyun yang berdomisili di Busan. Sebuah pikiran negatif pasti akan terlintas dikepala gadis itu.

“Ah, ya. Apa kabar?” Basa basi Shin-Hae yang terdengar sangat menjijikan ditelinga Junho. Kedua pasangan ini ternyata benar-benar menggelikan.

“Langsung saja. Aku hanya ingin memberitau bahwa Gyuhyoon sedang menemani Jineun.”

Sekali lagi terdengar nada terkejut dari sebrang sana yang membuat Junho tersenyum senang.

“Dan sayangnya, suami tercintamu tidak bisa kembali ke Busan malam ini, dia telah menginap di hotel. Besok pagi mungkin dia baru akan kembali ke Busan.”

Hening.

“Dimana Gyuhyoon?” Suara gadis itu kini mulai tidak bersahabat.

“Sedang di toilet, atau mungkin sedang mengobrol berdua dengan Jineun.”

Pancing Junho yang terlihat berhasil karna Shin-Hae segera menutup sambungan telpon secara sepihak. Junho tersenyum senang karna aksi nya untuk memisahkan Kyuhyun dan Shin-Hae sebentar lagi akan berhasil.

******

Makan malam itu berkahir dengan mengerikan. Kesunyian menyelimuti mereka tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari bibir Kyuhyun. Pria itu benar-benar memperlihatkan dengan jelas betapa terganggunya dia dengan kehadiran Jineun disampingnya.

Tapi kini Jineun mulai sadar akan posisinya yang bisa saja disebut orang ketiga atau penghancur. Jadi, mulai hari ini, mulai detik ini dia menyerah. Dia tidak akan menuntut cinta dari seorang Cho Kyuhyun lagi yang kini telah mempunyai seorang istri.

Kyuhyun dan Junho kembali ke kamar mereka yang kebetulan bersebelahan. Mereka pun berjalan menuju kamar dengan keheningan. Kyuhyun benar-benar tidak banyak bicara malam ini. Dia berubah menjadi sosok yang pendiam jika telah menyangkut masa lalunya yang tertinggal di Seoul. Apakah kehidupannya di Seoul sangat buruk hingga dia ingin meninggalkan kota tersebut? Bukan, bukan karna itu. Kyuhyun melupakan Seoul karna kini dia telah memiliki masa depan di Busan bersama seorang istri yang sangat dia sayangi. Jadi untuk apa lagi dia tetap tenggelam dalam masa lalunya jika masa depan yang indah telah menanti?

Junho yang sudah tidak kuat lagi menghadapi sikap sombong Kyuhyun akhirnya mensejajari langkahnya lalu membisikan sesuatu yang terdengar mengejutkan untuk Kyuhyun.

“Aku tadi sempat berbincang dengan istrimu sebentar, dan sepertinya dia sedikit terkejut mendengar kau berada di Seoul.”

Dengan segera Kyuhyun menoleh kearah Junho dan menatap pria itu penuh rasa ketidak percayaan. Dan, astaga! Dia lupa menghubungi Shin-Hae seharian ini. Dan Junho berkata apa tadi? Dia berbincang dengan Shin-Hae?

Dengan tanpa merasa bersalah sama sekali Junho tersenyum kearah Kyuhyun. “Selamat malam, Sajangnim.” Setelah itu Junho meninggalkan Kyuhyun berjalan dibelakangnya.

Brengsek! Keparat!

Kyuhyun meraih ponselnya dan menghubungi ponsel Shin-Hae, namun gadis itu tidak menjawabnya. Berkali-kali Kyuhyun mencoba menghubungi Shin-Hae namun gadis itu tidak pernah menjawabnya. Kyuhyun berlari ke kamar dan mengemasi barang-barangnya setelah itu dia keluar dari hotel.

Tuhan seperti mendukung tindakannya. Hujan telah berhenti dan dia bisa berkendara malam ini menuju Busan. Dia harus segera kembali jika dia tidak ingin kehilangan.

Apa sebenarnya yang merasuki otak Junho hingga dia tega berbuat seperti ini hanya untuk membuat Kyuhyun dan Jineun kembali bersatu. Gadis itu bahkan tidak menunjukkan pemaksaan bahwa dia harus bersama dengan Jineun. Lalu kenapa Junho yang justru selalu mengait-ngaitkan Kyuhyun dengan Jineun. Pria itu tolol atau apa? Dia mencintai Jineun!

******

Dengan kepanikan luar biasa, Kyuhyun segera berlari kearah kamar tidurnya sesampainya dia di Busan. Dia melihat Shin-Hae telah tertidur disana sendirian. Tanpa sadar Kyuhyun menghembuskan napasnya lega. Setidaknya gadis itu tidak meninggalkannya.

Dengan deru napas yang masih tidak beraturan akibat olahraga malam yang dijalaninya tadi, Kyuhyun mendekat kearah Shin-Hae lalu menatap wajah istrinya yang sedang tertidur. Kyuhyun memejamkan matanya berterimakasih pada Tuhan karna setidaknya dia mengabulkan permintaannya. Dia benar-benar masih berada disini, tidak meninggalkan Kyuhyun. Entah mengapa rasa ketakutan itu semakin menghantui Kyuhyun akhir-akhir ini. Rasa takut jika saja Shin-Hae akan meninggalkannya dalam waktu dekat.

Tapi kini Kyuhyun menyadari masih ada bercak air yang membasahi sekitar matanya. Astaga, Shin-Hae menangis. Apa sebenarnya yang dikatakan Junho hingga membuat Shin-Hae menangis seperti ini?

Rasanya dia ingin menghantam sesuatu ketika melintas nama Gyuhyoon dikepalanya. Apakah mungkin Junho bercerita tentang Gyuhyoon? Tapi jika itu yang dikatakan Junho, mungkin Shin-Hae tidak akan berada disini lagi. Jelas dia akan pergi meninggalkan Kyuhyun.

Keesokan paginya Kyuhyun terbangun karna tiba-tiba saja tangannya dihentak begitu saja saat seseorang yang sedang dipeluk dari belakang terbangun. Kyuhyun mengerjapkan matanya kearah Shin-Hae yang meninggalkan Kyuhyun begitu saja dengan kasarnya. Gadis itu marah.

Shin-Hae membanting pintu kamar mandi yang berada didalam kamar mereka dengan cukup kuat hingga menimbulkan bunyi bising yang memekakan telinga.

Kyuhyun bangkit dan menyandarkan punggungnya pada bantal yang telah disusun tinggi untuk menopang punggungnya. Dia menunggu Shin-Hae keluar dari kamar mandi, berharap gadis itu masih mau berbicara dengannya atau setidaknya mendengarkan penjelasannya.

Junho benar-benar keparat. Dia membuat Shin-Hae menangis. Seketika jiwa penghancurnya muncul ketika mengingat senyuman brengsek Junho yang seperti sedang menertawakannya akibat kekalahannya. Dia bersumpah akan menghancurkan Junho jika sekali lagi dia membuat Shin-Hae menangis, demi tuhan!

Tak lama Shin-Hae keluar dengan jubah mandi dan handuk kecil melilit dikepalanya. Gadis itu masih tidak menoleh kearah Kyuhyun, dia mengabaikan Kyuhyun, seakan-akan tidak ada Kyuhyun disana. Shin-Hae kini sibuk dengan pakaiannya memilih mana yang akan dia kenakan untuk pergi. Pergi kemanapun asal dia tidak berhadapan dengan Kyuhyun hari ini.

Shin-Hae berbalik menatap kearah Kyuhyun. “Aku ingin berpakaian. Kau tidak berpikir kau akan tetap berada disitu melihatku, kan?” Ujar Shin-Hae dengan nada sinis.

Kyuhyun terkesiap saat dirinya mendapat kecaman mengerikan dari istrinya. Dia tidak bisa melawan tentunya. Jika dia melawan, maka kondisi hubungan mereka aan bertambah mengenaskan. Jadi Kyuhyun hanya bisa bangkit dan meninggalkan kamar tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Kyuhyun meraih ponselnya dan keluar.

Baru saja Kyuhyun hendak menghubungi Junho untuk memberikan sebuah ancaman, ponsel Kyuhyun berdering dengan nama Junho yang tertera dilayar ponsel yang menandakan bahwa pria itu yang menghubungi Kyuhyun.

Sangat kebetulan.

“Brengsek, apa sebenarnya yang kau katakan pada Shin-Hae!” Bentak Kyuhyun habis kesabaran.

Junho terkekeh disebrang sana. “Hanya ingin melakukan apa yang telah ku katakan. Kau membuat Jineun menangis, itu berarti kau menantangku untuk membuat istrimu menangis.” Sekali lagi kekehan Junho terdengar, membuat Kyuhyun mengepal tangannya terlalu kesal.

“Itu baru permulaan, kau harus menyiapkan dirimu untuk melihat Shin-Hae menangis lebih sering lagi.” Setelah itu sambungan telpon diputus oleh Junho secara sepihak. Membuat kepala Kyuhyun serta dadanya berdenyut tak nyaman.

Selang satu detik kemudian, Shin-Hae keluar kamar dengan tampilan seperti biasa yang selalu terlihat cantik, bahkan kali ini lebih cantik dengan balutan jeans serta t-shirt pas badan dna juga cargidan berwarna hitam menutupi tubuh bagian atasnya.

Kyuhyun melirik kearah tas kecil yang dibawa gadis itu dan juga sepatu kets yang berada dalam genggamannya.

“Kau akan pergi?” Tanya Kyuhyun yang sama seklai tak bisa menghilangkan nada cemasnya.

Oh, tidak, gadis itu akan pergi. Seberkas kengerian menghampiri Kyuhyun dengan kejamnya membuat tubuh pria itu meremang. Tidak, semoga gadis itu tidak sungguh-sungguh meninggalkannya.

Shin-Hae mengabaikan pertanyaan Kyuhyun –masih dengan wajah pucat dan tanpa ekspresi- gadis itu melewati Kyuhyun begitu saja menuju sofa agar dia bisa mengenakan sepatu ketsnya lalu segera pergi.

“Jawab aku.” Pinta Kyuhyun bersungguh-sungguh dengan nada menyakitkan. Wajah Kyuhyun pun berubah sepucat gadis itu.

“Aku tidak akan pergi menemui pria yang jelas-jelas menyukaiku.” Sindir Shin-Hae dengan nada yang cukup tinggi. “Aku hanya ingin mencari udara segar.” Setelah itu Shin-Hae bangkit dan benar-benar meninggalkan apartment.

Kyuhyun hanya bisa diam melihat langkah demi langkah Shin-Hae meninggalkan apartment. Dia sama sekali tidak bisa menahan gadis itu atau keadaannya akan semakin kacau.

Degupan jantung Kyuhyun semakin kencang manakala teringat ucapan Junho yang akan membuat Shin-Hae menangis lebih sering lagi. Astaga, apa lagi yang akan dilakukan pria itu? Kyuhyun duduk dengan lemas diatas sofa yang diduduki Shin-Hae tadi, debaran jantungnya semakin tidak normal saat ketakutan mulai menyelimuti dirinya. Shin-Hae hanya pergi sebentar, dan dia sudah uring-uringan seakan Shin-Hae akan meninggalkannya selamanya. Bagaimana jika nanti Shin-Hae benar-benar meninggalkannya? Apakah dia masih bisa hidup dengan benar?

TBC

Ada yang mau Add Facebook nya Shin-Hae?

Kalian bisa nanya, ngobrol, atau mau kenal lebih dekat.

Semuanya boleh.

Tapi kalo kalian chatting sama dia, jangan panggil ‘Author, Thor’

Karna itu Facebook-nya si Shin-Hae, bukan Facebook si penulis.

ini link Facebook-nya Cho Shin-Hae